Rabu, 22 November 2017

Sedalam – dalam rindu (3)

Untukmu yang kini jauh dari pandangan mata.
Bahkan sangat jauh dari perkiraanku saat ini.
Apakah engkau baik – baik saja?
Apakah hatimu masih selembut dahulu?
Apakah dirimu masih sesabar kala itu?
Apakah dirimu masih mengingatku masa itu?

Mungkin semuanya masih sama seperti dahulu.
Dan hanya satu hal yang tak lagi sama.
Yaitu, rasa di hatimu yang dahulu mungkin ada untukku dan kini bukan lagi aku.
Entahlah.
Entah sudah berapa hari kita tak lagi bertegur sapa.
Meski hanya di sosial media.
Entah sudah berapa lama tak lagi kita berjumpa.
Meski hanya satu detik saja.

Aku mengenalmu sudah lebih dari 1.000 hari.
Singkat memang, namun begitu indah dan kadang dilapisi kesedihan.
Meskipun sudah tidak pernah bertemu apalagi bertatap muka.
Namun kuyakin kala itu bahwa engkaulah yang akan menjadi bagian dari kisah hidupku.
Dan ternyata benar, engkau telah menjadi kisah dibagian hidupku.
(Namun hanya sebagai inspirasiku dalam merangkai kata).
Dan hingga kini kisah kita telah hampir membumi.

Hingga kini ku tak tahu mengapa.
Selalu ada alasanku untuk menuliskan tentangmu.
Walaupun aku tahu bahwa kisah itu telah lama usai.
Bahkan hampir tak terdengar lagi.
Tetapi masih saja tetap engkau yang bertahta di hati.
Masih engkau yang menjadi alasanku menulis dan menulis.
Engkau mungkin tak lagi menghiraukanku.
Bahkan tak lagi mengingatku.
Apalagi berkenan untuk bersamaku.
Tapi ketahuilah meskipun itu benar adanya.
Kamu, tetaplah kamu di hatiku.
Selalu ada ruang pribadi untukmu yang kini jauh dari jangkauan.
Selalu ada rindu yang tak pernah kuingini hadir kala ku merenung.
Selalu ada yang terbesit tentangmu.
Meskipun telah ku coba tuk melupakan siapa dirimu.

Semakin ku mencoba melupakan.
Semakin engkau hadir dalam harapan.
Semakin ku mencoba mengikhlaskan.
Semakin engkau hadir dalam khayalan.
Semakin ku mencoba tidak lagi mengingatmu.
Semakin engkau membuatku merindu.

Maafkan aku jika hingga kini masih menjadikanmu sosok spesial.
Untuk sebuah karya dalam sebuah tulisan.
Maafkan aku sedalam – dalam rindu ini hanya tersirat untukmu.
Semoga Allah mengizinkanku agar segera dapat melupakanmu.
Melupakan bayangmu.

Musytaqun Ilaik Jiddan ya Habibi.
Biarlah semua ini tetap seperti ini.
Hingga datang dia yang mampu membuatku lupa padamu.
InshaAllah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar